GANGGUAN POLA TIDUR
2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Setiap manusia
mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur. Jumlah kebutuhan
istirahat bervariasi, bergantunga pada kualitas tidur, status kesehatan, pola
aktivitas, gaya hidup dan umur seseorang. Jadi, beristirahat
bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.[1]
Sedangkan tidur adalah status perubahan
kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan
aktifitas fisik yang
minimal, tingkat kesadaran
yang bervariasi, perubahan
proses fisiologis
tubuh dan penurunan
respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut
didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan
fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan
aktivitas sehari-hari.
2.2 Fisiologi Tidur
Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh
berdasarkan atas kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi
tubuh yang akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga digambarkan sebagai suatu
tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi
bersifat reversible terhadap rangsangan dari luar. Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya, yaitu:
a. Fase rapid eye movement (REM) disebut juga active
sleep.
b. Fase nonrapid eye movement (NREM) disebut juga quiet
sleep.
Non
Rapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui osilasi antara
talamus dan korteks. Tiga sistem utama osilasi adalah kumparan tidur, delta
osilasi, dan
osilasi
kortikal lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah ciri tahap tidur NREM yang dihasilkan
dari hiperpolarisasi neuron GABAnergic dalam nukleus retikulotalamus. Hiperpolarisasi
ini menghambat proyeksi neuron kortikotalamus. Sebagai penyebaran diferensiasi
proyeksi kortikotalamus akan kembali ke sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan
oleh interaksi dari retikulotalamus dan sumber piramidokortikal sedangkan
osilasi kortikal
lambat dihasilkan di jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan
depolarisasi.
Fase
awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur
normal antara fase NREM dan REM terjadi secara
bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20
jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira
7-7,5 jam/hari
pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium
yaitu:
1) Tidur stadium satu
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal
tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan
tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5
menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari
gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang
rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
2) Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak,
tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran
EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep
spindle, gelombang verteks dan komplek K.
3) Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran
EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak
gelombang sleep spindle.
4) Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan.
Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep
spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya
berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang
pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat,
tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan
dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi
eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM
berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM
mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke
fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah
sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan
kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang
didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi
fase tidur sebagai berikut:
◘
NREM (75%) yaitu, stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;
stadium 4 : 13%
◘
REM; 25 %
Pada manusia, tidur dibagi menjadi lima fase yaitu :
1. Tahapan terjaga
Fase ini disebut juga fase nol yang ditandai dengan
subjek dalam keadaan tenang mata tertutup dengan karakteristik gelombang alfa
(8–12,5 Hz) mendominasi seluruh rekaman, tonus otot yang tinggi dan beberapa
gerakan mata. Keadaan ini biasanya berlangsung antara lima sampai sepuluh
menit.
2. Fase 1
Fase ini merupakan fase perpindahan dari fase jaga ke
fase tidur disebut juga twilight sensation. Fase ini ditandai dengan
berkurangnya gelombang alfa dan munculnya gelombang teta (4-7 Hz), atau disebut
juga gelombang low voltage mix frequencies (LVM). Pada EOG tidak tampak kedip
mata atau REM, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi
penurunan potensial EMG. Pada orang normal fase 1 ini tidak berlangsung lama
yaitu antara lima sampai sepuluh menit kemudian memasuki fase berikutnya.
3. Fase 2
Pada fase ini, tampak kompleks K pada gelombang EEG,
sleep spindle (S) atau gelombang delta (maksimum 20%). Elektrokulogram sama
sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah
dari fase 1. Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20
sampai 40 menit dan bervariasi pada tiap individu.
4. Fase 3
Pada fase ini gelombang delta menjadi lebih banyak
(maksimum 50%) dan gambaran lain masih seperti pada fase 2. Fase ini lebih lama
pada dewasa tua, tetapi lebih singkat pada dewasa muda. Pada dewasa muda
setelah 5-10 menit fase 3 akan diikuti fase 4.
5. Fase 4
Pada fase ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang
delta (gelombang delta 50%) sedangkan gambaran lain masih seperti fase 2. Pada
fase 4 ini berlangsung cukup lama yaitu hampir 30 menit.
6. Fase REM .
Gambaran EEG tidak lagi didominasi oleh delta tetapi
oleh LVM seperti fase 1, sedangkan pada EOG didapat gerakan mata (EM) dan gambaran
EMG tetap sama seperti pada fase 3. Fase ini sering dinamakan fase REM yang 6
biasanya berlangsung 10 –15 menit. Fase REM umumnya dapat dicapai dalam waktu
90-110 menit kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan fase 2 sampai fase 4
yang lamanya 75-90 menit. Setelah itu muncul kembali fase REM kedua yang
biasanya lebih lama dari eye movement (EM) dan lebih banyak dari REM pertama.
Keadaan ini akan berulang kembali setiap 75-90 menit tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat ,
fase 2 menjadi lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini
terjadi 4-5 kali setiap malam dengan irama yang teratur sehingga
orang normal dengan lama tidur 7-8 jam setiap hari
terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75-90 menit.[2]
2.3 Pengertian Irama Sikardian
Irama sirkadian adalah
siklus biologi tubuh selama 24 jam uang mengerjakan fungsi-fungsi fisiologis, secara
alami, tubuh hendaknya beraktivitas di siang hari dan beristirahat di malam
hari jika pekerjaan mengharuskan bekerja di malam hari, perhatikan irama tubuh
anda sebisa mungkin berikan keseimbangan kerja dan istirahat.[3]
2.4 Jenis-jenis Gangguan Tidur yang
Umum Terjadi
Banyak
kelainan jenis tidur, namun ada beberapa jenis kelainan tidur yang sering
terjadi pada manusia. Berikut adalah beberapa kelainan tidur yang sering
terjadi.
a) Bruxisme
Bruxisme
lebih dikenal dengan sebuah kebiasaan mengertakan gigi ketika seseorang dalam
keadaan tertidur, dalam keadaan tersebut seseorang akan seperti dalam mengunyah
ataupun menggiling sesuatu di dalam
mulutnya. Banyak yang mengatakan bahwa ini diakibatkan oleh adanya
tekanan (stres), amarah terpendam, ataupun sesuatu yang lebih sederhana lagi
yakni posisi gigi yang ttidak sejajar sehingga ketika rahang bergerak akan
mengeluarkan suara kertakan. Ini juga dikatakan sebagai kelainan aktivitas
rahang, hancurnya gigi, sakit kepala dan lainnya.
b) Apnea
Apnea
dalam keadaan tertidur merupakan sebuah
kondisi yang serius, ditandai dengan terhenti dan mulai bernapas kembali selama
dalam kondisi tubuh tertidur. Dikatakan sebagai sebuah kondisi yang mengacu
pada gejala terjadinya sebuah serangan stroke. Beberapa dokter mengatakan bahwa
ketika suara dengkuran terdengar keras ataupun terbangun dan merasakan lelah
setelah tertidur semalaman merupakan sebuah tanda adanya gangguan tidur apnea.
Ada 2 jenis kelainan apnea ini, pertama apnea obstruktif (terhalangnya
pernafasan), terjadi ketika otot tenggorokan dalam keadaan relaks dan kemudian
jalur pernafasan tertutup secara tiba-tiba. Kedua, gangguan tidur apnea tengah,
terjadi ketika otak gagal memerintahkan otot-otot yang diperlukan untuk
kegiatan bernafas. Kelainan tidur apnea juga dapat diakibatkan oleh ekses dari
berat badan, tekanan darah tinggi, merokok ataupun catatan kesehatan lainnya.
c) Somnabulisme
Kelainan
tidur somnabulisme dikenal juga dengan tidur berjalan, dianggap sebuah kelainan
yang cukup membahayakan dan menyakiti orang yang menderitanya. Bagaimanapun
juga, merupakan sebuah kasus kelainan yang serius, para penderita tidur
berjalan ini biasanya melakukan aktifitas sehari-hari dalam keadaan tidur,
sehingga bisa saja ia melakukan kegiatan masuk ke mobil dan mengendarainya.
Dikatakan bahwa 15% tidur berjalan ini dialami oleh anak-ana berusia 8-12
tahun. Kebanyakan orang yang menderitanya tidak mengingat apa yang telah
dilakukannya dalam keadaan tertidur, namun akan terbangun dengan mata
berkaca-kaca dan bingung (kikuk).
d) Narkolepsi
Ketika
kita semua merasakan lelah setelah beraktifitas seharian, namun bagi para
penderita narkolepsi umumnya merasa lelah dalam sehari-harinya dan akan lebih
sering mengalami kondisi tertidur secara tiba-tiba. Kelainan tidur narkolepsi
merupakan hal yang serius, namun masih belum ditemukan penyembuhnya. Satu dari
2.000 orang dikatakan sebagai penderita narkolepsi. Beberapa penanganan telah
dilakukan untuk para penderita narkolepsi ini, namun tidak ada yang secara
keseluruhan menyembuhkan dan menghilangkan kondisi ini.
e)
Restless Legs Syndrome (RLS)
Restless
Legs Syndrome merupakan dorongan kuat dan mendesak untuk menggerakan kedua
kaki. Merupakan sebuah keinginan yang susah untuk ditahan dan akan menyebabkan
kondisi kaki yang tidak nyaman. Beberapa mengatakan bahwa hal ini merupakan
sebuah sensasi seperti ditusuk-tusuk, sebagian lagi mengatakan seperti
dikelitik. Dalam kasus lain, bisa pula
sensasi yang menyakitkan, yang membuat seseorang sulit untuk terduduk dan
merebahkan tubuhnya ketika terjadi RLS.
f) Hipersomnia
Hipersomnia
merupakan sebuah kelainan tidur yang jarang diderita. Kelainan ini merupakan
kondisi tidur yang durasinya sangat lama, bahkan hingga 18 jam setiap harinya,
lebih ekstrim lagi sehari hingga berminggu-minggu. Dikatakan pula bahwa terjadi
10 kali serangan terhadap penderitanya dalam setiap tahunnya. Sebelum seseorang
disera hipersomnia, ia biasanya seperti sedang menderita gejala flu dan sakit
kepala yang berkepanjangan.[4]
2.5
Penatalaksanaan Gangguan Tidur
1.
Lingkungan tidur klien harus nyaman,
aman dan bersih
2.
Pengaturan penerangan (lampu), kalau
perlu lampu tidur dibuat remang atau redup
3.
Sebelum tidur bila klien menyukai susu
sebaiknya minum susu hangat atau minuman yang hangat-hangat
- Pergi tidur hanya jika mengantuk
- Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, jangan membaca, menonton TV atau makan di tempat tidur
- Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah keruangan lain . Bangun sampai anda benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika tidur masih tidak bisa dilakukan dengan mudah bangun dari tempat tidur. Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat. Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.
- Siapkan alarm dan bangun diwaktu yang sama setiap pagi tanpa memperdulikan beberapa banyak klien tidur di malam hari. Hal ini membantu tubuh menatapkan irama tidur bangun yang konstan.[5]
BAB
PEMBAHASAN
KASUS 3
Anak Y, 6 tahun masuk
dengan keluhan demam 2 hari dan sakit pada telinga. Ibu anak Y mengatakan anak
Y rewel, tidak bisa tidur karena merasakan sakit di telinganya, tidur baru
setengah jam kadang sudah terbangun lagi, selama sakit tidur sehari hanya 5-6
jam. Klien tampak lemas, sering menguap dan meringis.
Data Fokus :
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
· Anak
Y, 6th masuk dengan keluhan sakit pada telinga
· Ibu
anak Y mengatakan anak Y demam 2 hari
· Ibu
anak Y mengatakan anak Y rewel, tidak bisa tidur karena merasakan sakit di
telinganya, tidur baru setengah jam kadang suka terbangun lagi, selama sakit
tidur sehari hanya 5-6 jam
|
· Klien
tampak lemas, sering menguap dan meringis
|
Analisis Data :
No
|
Tanggal
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
|
18/03/2013
|
DS
:
· Anak
Y, 6th masuk dengan keluhan sakit pada telinga
· Ibu
anak Y mengatakan anak Y demam 2 hari
· Ibu
anak Y mengatakan anak Y rewel, tidak bisa tidur karena merasakan sakit di
telinganya, tidur baru setengah jam kadang suka terbangun lagi, selama sakit
tidur sehari hanya 5-6 jam
DO :
· Klien
tampak lemas, sering menguap dan meringis
|
Gangguan Pola Tidur
|
· Nyeri
di telinga
|
Diagnosis :
No
|
Dx. Keperawatan
|
Tanggal ditemukan
|
Tanggal teratasi
|
Paraf
|
1
|
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri di telinga ditandai dengan keluhan demam 2 hari, sakit pada telinga,
anak rewel, tidak bisa tidur karena sakit pada telinganya, tidak bisa tidur
karena merasakan sakit pada telinganya, tidur baru setengah jam kadang sudah
terbangun lagi, tidur sehari hanya 5-6 jam, klien tampak lemas, sering
menguap, dan meringis.
|
17-03-2013
|
18-03-2013
|
|
Intervensi :
No
|
No. Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil (KH)
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
1
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam masalah gangguan pola tidur
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien
tidak sering terbangun saat tidur
2. Klien
tidur sesuai dengan tumbuh kembangnya (8-9 jam)
3. Klien
terlihat lebih segar sesudah bangun tidur
|
Mandiri
:
· Kaji
nyeri : lokasi, frekuensi, skala, dan durasi nyeri
· Lakukan
pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati
· Beri
penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang
dideritanya/demamnya
· Berikan
tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya bantal dan
guling.
· Anjurkan
orang tua klien untuk membacakan dongeng sebelum tidur
· Anjurkan
orang tua untuk menyanyikan lagu anak-anak sebelum tidur
· Anjurkan
orang tua untuk memberikan susu hangat sebelum tidur.
Kolaborasi
:
· Beri
obat analgetik dan obat anti inflamasi (antibiotik)
|
· Untuk
mengurangi penumpukan serumen yang menyebabkan edema
· Untuk
mengurangi nyeri pada pasien
· Supaya
pasien mengerti tentang penyebab penyakit yang diderita, sehingga tau apa
yang dilakukan supaya tidak timbul penyakit yang sama.
|
Implementasi :
Hari/Tanggal/Jam
|
No. Dx
|
Tindakan Perawatan
|
Evaluasi
|
Paraf
|
Senin/18-03-2013/08.00-10.00
|
1
|
· Lakukan
pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati
· Berikan
tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya bantal dan
guling.
· Beri
obat analgetik dan obat anti inflamasi (antibiotik)
|
· Klien
tidak sering terbangun saat tidur
· Meningkatnya
waktu tidur sesuai yang diharapkan
· Klien
terlihat lebih segar sesudah bangun tidur
|
|
Evaluasi :
No
|
Hari/tanggal/jam
|
Dx. Kep
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
Senin/18-03-2013/08.00-10.00
|
1
|
S : klien mengatakan tidak merasa sakit ditelinganya, tidur dengan
nyenyak
O : klien tampak lebih segar setelah bangun tidur, telinganya tidak
tampak kemerahan
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
|
|
BAB
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
·
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan
bebas dari perasaan gelisah.
·
Tidur adalah status perubahan kesadaran
ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun.
·
Fisiologi Tidur
dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya, yaitu: Fase rapid eye
movement (REM) disebut juga active sleep danFase nonrapid eye movement (NREM)
disebut juga quiet sleep.
·
Irama sirkadian adalah siklus biologi tubuh selama 24 jam
uang mengerjakan fungsi-fungsi fisiologis, secara
alami, tubuh hendaknya beraktivitas di siang hari dan beristirahat di malam
hari.
·
Beberapa kelainan tidur yang sering
terjadi, yaitu Bruxisme, Apnea, Somnabulisme, Narkolepsi, Restless Legs
Syndrome (RLS), Hipersomnia.
4.2
Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami konsep
istirahat dan tidur sehingga para pembaca yang nantinya akan berprofesi sebagai
perawat juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas pada saat bekerja di
rumah sakit atau instansi terkait lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan
Edisi 4. Jakarta : EGC. Hal. 615
http://udayatimade.blogspot.com/2011/04/fisiologi-tidur.html diakses pada tanggal
14 Maret 2013
http://kliniktidur.net78.net/info_detil.php?id=22 diakses pada tanggal
14 Maret 2013
Unikbaca.blogspot.com/2012/11/jenis-kelainan-tidur-yang-sering-terjadi.html
diakses pada tanggal 15 Maret 2013
[4] Unikbaca.blogspot.com/2012/11/jenis-kelainan-tidur-yang-sering-terjadi.html
diakses pada tanggal 15 Maret 2013