Minggu, 19 Oktober 2014

IKD III (GANGGUAN POLA TIDUR)



GANGGUAN POLA TIDUR
 
2.1  Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur. Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, bergantunga pada kualitas tidur, status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup dan umur seseorang. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.[1]
 Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

2.2  Fisiologi Tidur
Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi bersifat reversible terhadap rangsangan dari luar. Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya, yaitu:
a.       Fase rapid eye movement (REM) disebut juga active sleep.
b.      Fase nonrapid eye movement (NREM) disebut juga quiet sleep.
Non Rapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui osilasi antara talamus dan korteks. Tiga sistem utama osilasi adalah kumparan tidur, delta osilasi, dan osilasi kortikal lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah ciri tahap tidur NREM yang dihasilkan dari hiperpolarisasi neuron GABAnergic dalam nukleus retikulotalamus. Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron kortikotalamus. Sebagai penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus akan kembali ke sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh interaksi dari retikulotalamus dan sumber piramidokortikal sedangkan osilasi kortikal lambat dihasilkan di jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan depolarisasi.
            Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
1)      Tidur stadium satu
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
2)      Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K.
3)      Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle.
4)      Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut:
   NREM (75%) yaitu, stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13%
   REM; 25 %

Pada manusia, tidur dibagi menjadi lima fase yaitu :

1.      Tahapan terjaga
Fase ini disebut juga fase nol yang ditandai dengan subjek dalam keadaan tenang mata tertutup dengan karakteristik gelombang alfa (8–12,5 Hz) mendominasi seluruh rekaman, tonus otot yang tinggi dan beberapa gerakan mata. Keadaan ini biasanya berlangsung antara lima sampai sepuluh menit.

2.      Fase 1
Fase ini merupakan fase perpindahan dari fase jaga ke fase tidur disebut juga twilight sensation. Fase ini ditandai dengan berkurangnya gelombang alfa dan munculnya gelombang teta (4-7 Hz), atau disebut juga gelombang low voltage mix frequencies (LVM). Pada EOG tidak tampak kedip mata atau REM, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi penurunan potensial EMG. Pada orang normal fase 1 ini tidak berlangsung lama yaitu antara lima sampai sepuluh menit kemudian memasuki fase berikutnya.

3.      Fase 2
Pada fase ini, tampak kompleks K pada gelombang EEG, sleep spindle (S) atau gelombang delta (maksimum 20%). Elektrokulogram sama sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah dari fase 1. Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20 sampai 40 menit dan bervariasi pada tiap individu.

4.      Fase 3
Pada fase ini gelombang delta menjadi lebih banyak (maksimum 50%) dan gambaran lain masih seperti pada fase 2. Fase ini lebih lama pada dewasa tua, tetapi lebih singkat pada dewasa muda. Pada dewasa muda setelah 5-10 menit fase 3 akan diikuti fase 4.

5.      Fase 4
Pada fase ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang delta (gelombang delta 50%) sedangkan gambaran lain masih seperti fase 2. Pada fase 4 ini berlangsung cukup lama yaitu hampir 30 menit.

6.      Fase REM .
Gambaran EEG tidak lagi didominasi oleh delta tetapi oleh LVM seperti fase 1, sedangkan pada EOG didapat gerakan mata (EM) dan gambaran EMG tetap sama seperti pada fase 3. Fase ini sering dinamakan fase REM yang 6 biasanya berlangsung 10 –15 menit. Fase REM umumnya dapat dicapai dalam waktu 90-110 menit kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan fase 2 sampai fase 4 yang lamanya 75-90 menit. Setelah itu muncul kembali fase REM kedua yang biasanya lebih lama dari eye movement (EM) dan lebih banyak dari REM pertama. Keadaan ini akan berulang kembali setiap 75-90 menit tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat , fase 2 menjadi lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini terjadi 4-5 kali setiap malam dengan irama yang teratur sehingga orang normal dengan lama tidur 7-8 jam setiap hari terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75-90 menit.[2]

2.3  Pengertian Irama Sikardian
Irama sirkadian adalah siklus biologi tubuh selama 24 jam uang mengerjakan fungsi-fungsi fisiologis, secara alami, tubuh hendaknya beraktivitas di siang hari dan beristirahat di malam hari jika pekerjaan mengharuskan bekerja di malam hari, perhatikan irama tubuh anda sebisa mungkin berikan keseimbangan kerja dan istirahat.[3]

2.4  Jenis-jenis Gangguan Tidur yang Umum Terjadi
Banyak kelainan jenis tidur, namun ada beberapa jenis kelainan tidur yang sering terjadi pada manusia. Berikut adalah beberapa kelainan tidur yang sering terjadi.
   a)      Bruxisme
Bruxisme lebih dikenal dengan sebuah kebiasaan mengertakan gigi ketika seseorang dalam keadaan tertidur, dalam keadaan tersebut seseorang akan seperti dalam mengunyah ataupun menggiling sesuatu di dalam  mulutnya. Banyak yang mengatakan bahwa ini diakibatkan oleh adanya tekanan (stres), amarah terpendam, ataupun sesuatu yang lebih sederhana lagi yakni posisi gigi yang ttidak sejajar sehingga ketika rahang bergerak akan mengeluarkan suara kertakan. Ini juga dikatakan sebagai kelainan aktivitas rahang, hancurnya gigi, sakit kepala dan lainnya.
   b)      Apnea
Apnea dalam  keadaan tertidur merupakan sebuah kondisi yang serius, ditandai dengan terhenti dan mulai bernapas kembali selama dalam kondisi tubuh tertidur. Dikatakan sebagai sebuah kondisi yang mengacu pada gejala terjadinya sebuah serangan stroke. Beberapa dokter mengatakan bahwa ketika suara dengkuran terdengar keras ataupun terbangun dan merasakan lelah setelah tertidur semalaman merupakan sebuah tanda adanya gangguan tidur apnea. Ada 2 jenis kelainan apnea ini, pertama apnea obstruktif (terhalangnya pernafasan), terjadi ketika otot tenggorokan dalam keadaan relaks dan kemudian jalur pernafasan tertutup secara tiba-tiba. Kedua, gangguan tidur apnea tengah, terjadi ketika otak gagal memerintahkan otot-otot yang diperlukan untuk kegiatan bernafas. Kelainan tidur apnea juga dapat diakibatkan oleh ekses dari berat badan, tekanan darah tinggi, merokok ataupun catatan kesehatan lainnya.
   c)      Somnabulisme
Kelainan tidur somnabulisme dikenal juga dengan tidur berjalan, dianggap sebuah kelainan yang cukup membahayakan dan menyakiti orang yang menderitanya. Bagaimanapun juga, merupakan sebuah kasus kelainan yang serius, para penderita tidur berjalan ini biasanya melakukan aktifitas sehari-hari dalam keadaan tidur, sehingga bisa saja ia melakukan kegiatan masuk ke mobil dan mengendarainya. Dikatakan bahwa 15% tidur berjalan ini dialami oleh anak-ana berusia 8-12 tahun. Kebanyakan orang yang menderitanya tidak mengingat apa yang telah dilakukannya dalam keadaan tertidur, namun akan terbangun dengan mata berkaca-kaca dan bingung (kikuk).
   d)     Narkolepsi
Ketika kita semua merasakan lelah setelah beraktifitas seharian, namun bagi para penderita narkolepsi umumnya merasa lelah dalam sehari-harinya dan akan lebih sering mengalami kondisi tertidur secara tiba-tiba. Kelainan tidur narkolepsi merupakan hal yang serius, namun masih belum ditemukan penyembuhnya. Satu dari 2.000 orang dikatakan sebagai penderita narkolepsi. Beberapa penanganan telah dilakukan untuk para penderita narkolepsi ini, namun tidak ada yang secara keseluruhan menyembuhkan dan menghilangkan kondisi ini.  
   e)      Restless Legs Syndrome (RLS)
Restless Legs Syndrome merupakan dorongan kuat dan mendesak untuk menggerakan kedua kaki. Merupakan sebuah keinginan yang susah untuk ditahan dan akan menyebabkan kondisi kaki yang tidak nyaman. Beberapa mengatakan bahwa hal ini merupakan sebuah sensasi seperti ditusuk-tusuk, sebagian lagi mengatakan seperti dikelitik. Dalam  kasus lain, bisa pula sensasi yang menyakitkan, yang membuat seseorang sulit untuk terduduk dan merebahkan tubuhnya ketika terjadi RLS.
   f)       Hipersomnia
Hipersomnia merupakan sebuah kelainan tidur yang jarang diderita. Kelainan ini merupakan kondisi tidur yang durasinya sangat lama, bahkan hingga 18 jam setiap harinya, lebih ekstrim lagi sehari hingga berminggu-minggu. Dikatakan pula bahwa terjadi 10 kali serangan terhadap penderitanya dalam setiap tahunnya. Sebelum seseorang disera hipersomnia, ia biasanya seperti sedang menderita gejala flu dan sakit kepala yang berkepanjangan.[4]
 
2.5 Penatalaksanaan Gangguan Tidur
          1.      Lingkungan tidur klien harus nyaman, aman dan bersih
          2.      Pengaturan penerangan (lampu), kalau perlu lampu tidur dibuat remang atau redup
          3.      Sebelum tidur bila klien menyukai susu sebaiknya minum susu hangat atau minuman yang hangat-hangat
  1. Pergi tidur hanya jika mengantuk
  2. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur,  jangan membaca, menonton TV atau makan di tempat tidur
  3. Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah keruangan lain . Bangun sampai anda benar-benar mengantuk, kemudian baru  kembali ke tempat tidur. Jika tidur masih tidak bisa dilakukan dengan mudah bangun dari tempat tidur. Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat. Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.
  4. Siapkan alarm dan bangun diwaktu yang sama setiap pagi tanpa memperdulikan beberapa banyak klien tidur di malam hari. Hal ini membantu tubuh menatapkan irama tidur bangun yang konstan.[5]

BAB
PEMBAHASAN
KASUS 3
Anak Y, 6 tahun masuk dengan keluhan demam 2 hari dan sakit pada telinga. Ibu anak Y mengatakan anak Y rewel, tidak bisa tidur karena merasakan sakit di telinganya, tidur baru setengah jam kadang sudah terbangun lagi, selama sakit tidur sehari hanya 5-6 jam. Klien tampak lemas, sering menguap dan meringis.
Data Fokus :
Data Subjektif
Data Objektif
·      Anak Y, 6th masuk dengan keluhan sakit pada telinga
·      Ibu anak Y mengatakan anak Y demam 2 hari
·      Ibu anak Y mengatakan anak Y rewel, tidak bisa tidur karena merasakan sakit di telinganya, tidur baru setengah jam kadang suka terbangun lagi, selama sakit tidur sehari hanya 5-6 jam
·      Klien tampak lemas, sering menguap dan meringis

 
Analisis Data :
No
Tanggal
Data
Masalah
Etiologi
1
18/03/2013
DS :
·      Anak Y, 6th masuk dengan keluhan sakit pada telinga
·      Ibu anak Y mengatakan anak Y demam 2 hari
·      Ibu anak Y mengatakan anak Y rewel, tidak bisa tidur karena merasakan sakit di telinganya, tidur baru setengah jam kadang suka terbangun lagi, selama sakit tidur sehari hanya 5-6 jam
DO :
·       Klien tampak lemas, sering menguap dan meringis
Gangguan Pola Tidur
·      Nyeri di telinga

Diagnosis :
No
Dx. Keperawatan
Tanggal ditemukan
Tanggal teratasi
Paraf
1
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri di telinga ditandai dengan keluhan demam 2 hari, sakit pada telinga, anak rewel, tidak bisa tidur karena sakit pada telinganya, tidak bisa tidur karena merasakan sakit pada telinganya, tidur baru setengah jam kadang sudah terbangun lagi, tidur sehari hanya 5-6 jam, klien tampak lemas, sering menguap, dan meringis.
17-03-2013
18-03-2013


Intervensi :
No
No. Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil (KH)
Intervensi
Rasional
1
1
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam masalah gangguan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.     Klien tidak sering terbangun saat tidur
2.     Klien tidur sesuai dengan tumbuh kembangnya (8-9 jam)
3.     Klien terlihat lebih segar sesudah bangun tidur

Mandiri :
·      Kaji nyeri : lokasi, frekuensi, skala, dan durasi nyeri
·      Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati
·      Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang dideritanya/demamnya
·      Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya bantal dan guling.
·      Anjurkan orang tua klien untuk membacakan dongeng sebelum tidur
·      Anjurkan orang tua untuk menyanyikan lagu anak-anak sebelum tidur
·      Anjurkan orang tua untuk memberikan susu hangat sebelum tidur.
Kolaborasi :
·      Beri obat analgetik dan obat anti inflamasi (antibiotik)
·      Untuk mengurangi penumpukan serumen yang menyebabkan edema
·      Untuk mengurangi nyeri pada pasien
·      Supaya pasien mengerti tentang penyebab penyakit yang diderita, sehingga tau apa yang dilakukan supaya tidak timbul penyakit yang sama.

Implementasi :
Hari/Tanggal/Jam
No. Dx
Tindakan Perawatan
Evaluasi
Paraf
Senin/18-03-2013/08.00-10.00
1
·      Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati
·      Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya bantal dan guling.
·      Beri obat analgetik dan obat anti inflamasi (antibiotik)

·     Klien tidak sering terbangun saat tidur
·     Meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan
·     Klien terlihat lebih segar sesudah bangun tidur


Evaluasi :
No
Hari/tanggal/jam
Dx. Kep
Evaluasi
Paraf
1
Senin/18-03-2013/08.00-10.00
1
S : klien mengatakan tidak merasa sakit ditelinganya, tidur dengan nyenyak
O : klien tampak lebih segar setelah bangun tidur, telinganya tidak tampak kemerahan
A : masalah teratasi
P  : intervensi dipertahankan



BAB
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
·         Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah.
·         Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
·         Fisiologi Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya, yaitu: Fase rapid eye movement (REM) disebut juga active sleep danFase nonrapid eye movement (NREM) disebut juga quiet sleep.
·         Irama sirkadian adalah siklus biologi tubuh selama 24 jam uang mengerjakan fungsi-fungsi fisiologis, secara alami, tubuh hendaknya beraktivitas di siang hari dan beristirahat di malam hari.
·         Beberapa kelainan tidur yang sering terjadi, yaitu Bruxisme, Apnea, Somnabulisme, Narkolepsi, Restless Legs Syndrome (RLS), Hipersomnia.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami konsep istirahat dan tidur sehingga para pembaca yang nantinya akan berprofesi sebagai perawat juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas pada saat bekerja di rumah sakit atau instansi terkait lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC. Hal. 615
http://kliniktidur.net78.net/info_detil.php?id=22 diakses pada tanggal 14 Maret 2013
Unikbaca.blogspot.com/2012/11/jenis-kelainan-tidur-yang-sering-terjadi.html diakses pada tanggal 15 Maret 2013



[1] Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC. Hal. 615

[3] http://kliniktidur.net78.net/info_detil.php?id=22 diakses pada tanggal 14 Maret 2013

[4] Unikbaca.blogspot.com/2012/11/jenis-kelainan-tidur-yang-sering-terjadi.html diakses pada tanggal 15 Maret 2013

Tidak ada komentar: