KOMUNIKASI TERAPEUTIK
2.1. Hubungan Terapeutik
perawat-klien
Hubungan terapeutik perawat-klien
merupakan pengalaman belajar timbal
balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan ini
perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja
dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku pasien.
2.1.1. Sifat
hubungan
Tujuan
hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien dan meliputi:
1.
Realisasi
diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan terhadap diri.
2.
Rasa
identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
3.
Kemampuan
untuk membina hubungan interpersonal yang intim, dan saling tergantung dengan
kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
4.
Peningkatan
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal
yang realistik.
Untuk mencapai tujuan ini,
berbagai aspek pengalaman hidup klien perlu digali selama berlangsungnya
hubungan. Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan
persepsi, pikiran, dan perasaannya serta menghubungkan hal tersebut untuk
mengamati dan melaporkan tindakan. Juga penting bagi perawat untuk
menidentifikasi dan memaksimalkan kekuatan ego klien dan memberikan dukungan
untuk bersosialisasi serta menjalin ikatan dengan keluarga.
2.2. Tujuan Hubungan Terapeutik
2.2.1. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Stuart
dan Sundeen (dalam Keliat,
2003),:
a.
Realisasi diri, penerimaan diri, dan
rasa hormat terhadap diri sendiri.
b.
Identitas diri yang jelas dan rasa
integritas diri yang tinggi.
c.
Kemempuan membina hubungan
interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
d.
Peningkatan fungsi dan kemampuan
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
2.2.2. Tujuan
Komunikasi Terapeutik (Indrawati, 2003 48).
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien,
membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak
memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang
memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan
sosial biasa.
2.3. Teknik Komunikasi Terapeutik
1.
Diam
Berhenti atau diam yang dapat berlangsung selama beberapa detik atau menit
tanpa menyisipkan respon verbal apapun.
Contoh:
duduk tenang (berjalan dengan klien)
dan menunggu penuh perhatian hingga klien mampu menyampaikan pikiran dan
perasaannya.
2.
Memberikan arahan umum
Menggunakan pernyataan atau pertanyaan
yang:
·
Mendorong klien untuk berbicara
·
Memilih topik percakapan
·
Memfasilitasi kelanjutan pembicaraan.
Contoh:
“mungkin anda ingin membicarakan mengenai.......”
“Apakah akan membantu dengan mendiskusikan perasaan anda?”
“Dari mana anda ingin memulai?”
“Lalu apa?”
“Saya menyimak apa yang anda katakan”
3.
Spesifik dan Tentatif
Membuat pernyataan yang spesifik bukan
yang umum, dan tentatif buka mutlak.
Contoh:
“Anda mencakar tangan saya” (pernyataan
spesifik)
“Anda sama canggungnya dengan lembu
jantan” (pernyataan umum)
“Anda tampak tidak khawatir mengenai
merry” (pernyataan tentatif)
“Anda tidak khawatir mengenai dan anda
tidak akan pernah mengkhawatirkannya” (pernyataan mutlak)
4.
Menggunakan pertanyaan terbuka
Mengajukan pertanyaan yang luas yang
mengarahkan klien atau mengajak klien untuk menggali (merinci, mengklarifikasi,
menggambarkan, membandingkan, atau mengilustrasikan) pikiran atau perasaan.
Pertanyaan terbuka hanya mengidentifikasi topik yang akan didiskusikan dan
meminta jawaban yang lebih panjang dari satu atau dua kata.
Contoh:
“Saya ingin mendengan lebih banyak
mengenai hal tersebut”
“Katakan pada saya mengenai...........”
“Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini?”
“Apa yang menyebabkan anda masuk rumah
sakit?”
“Apa pendapat anda?”
“Anda mengatakan anda sangat ketakutan
kemarin. Bagaimana perasaan anda sekarang?”
5.
Menggunakan sentuhan
Memberikan bentuk ssentuhan yang tepat
untuk menguatkan perasaan peduli. Karena kontak taktil sangan berfariasi pada
setiap individu, keluarga, dan budaya, perawat harus sensitif terhadap
perbedaan sikap dan praktik klien dan diri sendiri.
Contoh:
·
Meletakan tangan anda di bahu klien
·
Menaruh tangan anda di atas tangan klien
6.
Menyatakan kembali atau menyebutkan kembali dengan kata-kata sendiri
(parafrasa)
Mendengarkan secara aktif pesan dasar
klien dan kemudian menyampaikan kembali pikiran dan atau perasaan tersebut
dengan kata-kata serupa. Hal ini menunjukan bahwa perawat mendengarkan dan memahami
pesan dasar klien dan juga menawarkan klien ide yang lebih jelas mengenai apa
yang terlah mereka katakan.
Contoh:
·
Klien : “saya tidak
dapat makan semalam-bahkan hidangan penutupnya”
Perawat : “Anda mengalami kesulitan makan kemarin”
Klien : “Iya, saya
sangat kesal setelah keluarga saya pergi”
·
Klien : “Saya
memiliki masalah berbicara dengan orang asing”
Perawat : “Anda menemui kesulitan berbicara dengan orang yang
tidak
anda kenal
7.
Mencari klarifikasi
Suatu metode yang membuat makna keseluruhan
pesan klien menjadi lebih dipahami. Metode ini digunakan saat sulit untuk
meyatakan kembali dengan kata-kata sendiri atau saat komunikasi bertele-tele
atau berputar-putar. Untuk mengklarifikasi pesan, perawat dapat menyatakan
kembali pesan dasr atau mengakui kebingungan dan meminta klien untuk mengulangi
atau menyatakan kembali pesan.
Contoh:
“Saya bingung”
“Saya tidak yakin saya memahaminya”
“Apakah anda bersedia untuk menyatakannya
kembali?”
“Bersediakan anda memberitahu saya lebih
banyak?”
Perawat dapat juga mengklarifikasi pesan
mereka sendiri dengan pernyataan.
Contoh:
“Maksud saya ini bukan itu”
“Saya kira saya tidak jelas
mengatakannya-saya akan mengulanginya lagi”
8.
Memeriksa persepsi atau mencari validasi kesepakatan
Suatu metode yang sama dengan klarifikasi
yang memverifikasi makna kata-kata spesifik, bukan makna keseluruhan pasien.
Contoh:
Klien :
“Suami saya tidak pernah memberi saya hadiah”
Perawat :
“Maksud anda dia tidak pernah memberi anda hadiah pada hari ulang
tahun anda atau natal?”
Klien :
“Mmmm-bukannya tidak pernah. Ia memang memberi saya sesuatu pada
hari ulang tahun saya dan natal, tetapi
dia tidak pernah berfikir untuk
memberi saya sesuatu pada waktu yang
lain”.
9.
Menawarkan diri
Menunjukan kehadiran, perhatian, atau
harapan uuntuk memahami klien tanpa membuat suatu tuntutan atau memberi kondisi
yang harus di patuhi klien untuk mendapat perhatian perawat.
Contoh:
“Saya akan menemani anda sampai anak
perempuan anda datan”
“Kita dapat duduk disini dengan tenang
sebentar; kita tidak perlu berbicara kecuali anda menginginkannya”
“Saya akan membantu anda berpakaian untuk
pulang kerumah”
10.
Memberikan informasi
Memberikan, dengan cara yang sederhana dan langsung, informasi faktual
spesifik yang bisa atau tidak diminta klien. Saat informasi tidak diketahui,
perwat mengatakannya dengan menunjukan siapa yang memiliki informasi tersebut,
atau mengatakan kapan perawat akan mendapatkannya.
Contoh:
“Operasi anda dijadwalkan papa puku 11.00
esok pagi”
“anda akan merasakan tarikan saat selang
dicabut dari perut anda”
“Saya tidak mengetahui jawabannya, tetapi
saya akan mencari tahu pada Ny.king, perawat yang bertugas”
11.
Pengakuan
Memberikan pengakuan, dengan cara yang tidak menghakimi, terhadap perubahan
perilaku, usaha yang dilakukan oleh klien, atau kontribusi terhadap komunitas.
Pengkuan dapat bersama atau tanpa pemahaman, verbal atau nonverbal.
Contoh:
“Anda mencukur jenggot dan kumis serta
mencuci rambut anda”
“Saya menyadari bahwa anda harus mengedipkan mata anda. Apakah anda mgalami kesulitan melihat?”
“Anda berjalan dua kali lebih jauh
jaraknya hari ini dengan walker anda”
12.
Klarifikasi waktu atau urutan
Membantu klien mengklarifikasi suatu kejaddian, situasi, atau peristiwa
dalam hubungannya dengan waktu.
Contohnya:
·
Klien : “Saya muntah
pagi ini”
Perawat : “Apa muntahnya setelah sarapan?”
·
Klien : “Saya merasa
bahwa saya sudah tidur selama berminggu-
minggu”
Perawat : “Anda telah operasi pada hari senin dan
hari ini adalah hari
selasa”
13.
Menyampaikan kenyataan
Membantu klien membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.
Contoh:
“Suara telpon itu berasal dari acara
televisi”
“Bukan bangkai tikus yang ada di sudut;
itu adalah pakian yang dibuang”
“Majalah anda ada di dalam laci.
Majalahnya tidak dicuri”
14.
Memfokuskan
Membantu klien memperluas dan mengembangkan topik penting. Perawat perlu
menunggu hingga klien selesai menyatakan masalah utama sebelum berusahan untuk
fokus. Fokus dapat berupa ide atau perasaan; namun, perawat sering menekankan
perasaan untuk membantu klien mengenali emosi yang tersembunnyi di balik
kata-kata.
Contoh :
Klien : “istri saya mengatakan iya akan merawat
saya, tetapi saya pikir iya tidak
akan bisa, bagaimana dengan anak-anak yang
perlu diperhatikan, dan
mereka selalu menanyakan sesuatu
kepadanya seperti, pakaian,
pekerjaan rumah, makanan untuk makan
malam.”
Perawat : “anda kawatit mengenai seberapa baik iya akan
mengatasinnya.”
15.
Merefleksikan
Mengarahkan kembali ide, perasaan, pertannyaan, atau isi pada klien untuk
memungkinkan mereka menggali ide dan perasaan mereka sendiri mengenai situasi.
Contoh :
Klien :
“apa yang dapat saya lakukan?”
Perawat :
“Menurut anda apa yang dapat membantu?”
Klien :
“ apa menurut anda saya harus mengatakan pada suami saya.”
Perawat :
“ anda tampak tidak yakin untuk mengatakannya pada suami anda.”
16.
Merangkum dan merencanakan
Menyatakan poin utama diskusi. Untuk mengklarifikasi poin relevan yang di
diskusikan. Teknik ini bermanfaat pada akhir wawancara atau untuk meninjau sesi
pendidikan kesehatan. Teknik ini sering kali bermanfaat sebagai dendahuluan
untuk rencana perawatan berikutnya.
Contoh:
“selama setengah jam ini kita telah membicarakan mengenai.....”
“besok sore kita akan membahas hal ini lebih jauh.”
“dalam beberapa hari saya akan meninjau apa yang telah anda pelajari
mengenai kerja dan pengaruh insulin anda.”
2.4. Tahap Hubungan Therapeutik
Dalam membina hubungan
therapeutik (berinteraksi) perawat mempunyai empat tahap yang pada setiap
tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat yaitu :
1.
Tahap
prainteraksi
Merupakan tahap dimana perawat
belum bertemu dengan klien. Tugas :
·
Mendapatkan
informasi tentang klien
·
Mencari
literatur yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien
·
Mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan diri
·
Menganalisis
kekuatan dan kelemahan profesional diri
·
Membuat
rencana pertemuan dengan klien
2.
Tahap
orientasi / perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat
pertama kali bertemu dengan klien. Tugas :
·
Menentukan
mengapa klien mencari pertolongan
·
Membangun
iklim percaya
·
Memahami
penerimaan dan komunikasi terbuka
·
Mengeksplorasi
perasaan klien, pikiran dan tindakan
·
Mengidentifikasi
masalah dan mendefinisikan tujuan
·
Memformulasikan
kontrak dengan klien
·
Nama
perawat / klien
·
Tanggung
jawab perawat / klien
·
Tujuan
·
Kerahasiaan
·
Harapan
·
Topik
/ kegiatan
·
Waktu
dilakukannya interaksi
3.
Tahap
kerja
Merupakan tahap dimana klien
memulai kegiatan
Tugas :
- Melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi
- Mengeksplorasi stressor
- Mendorong perkembangan wawasan diri yang dihubungkan dengan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan klien
- Menolong klien untuk mengatasi cemas
- Meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab thd diri
- Mengembangkan mekanisme koping konstruktif
4.
Tahap
terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan
menghentikan interaksinya dengan klien, tahap ini bisa merupakan terminasi
sementara maupun terminasi akhir
Tugas :
·
Menyediakan
realitas berpisah
·
Mengevaluasi
kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor maupun
afektif
·
Merencanakan
tindak lanjut dengan klien
·
Melakukan
kontrak
·
Mengakhiri
terminasi dengan cara yang baik
·
Mengeksplorasi
perasaan dari penolakan, kehilangan, sedih dan marah dan tingkah laku yang
berkaitan
2.5. Komunikasi
Terapeutik Pada Berbagai Tingkat Usia Dengan Berbagai Kondisi
Berikut ini beberapa
strategi sesuai usia dalam berkomunikasi dengan kelompok usia berbeda :
1.
Bayi
( lahir sampai 12 bulan )
§ Usahakan memenuhi kebutuhan
bayi secepat mungkin.
§ Gunakan komunikasi non
verbal :mengelus, menyentuh, menggengang, dan gerakan ( seperti mengayun-ayun)
untuk memberikan kenyamanan dan menenangkan bayi.
§ Berbicaralah dengan lembut
dan sering tersenyum karena bayi member respons terbaik pada suara nada tinggi
yang lembut.
§ Usahakan mempertahankan
rutinitas normal bayi, seperti jam makan, dan jadwal tidur
§ Berkomunikasilah dengan
bermain (cilukba, mainan berbunyi) jika bayi menerima.
2.
Batita
( usia 1 – 2 tahun )
§ Panggil anak sesuai nama
yang digunakan anak tersebut bagi dirinya.
§ Pelajari dan gunakan
kata-kata yang dipakai anak untuk ke kamar mandi, makan, dan mandi
§ Gunakan pesan yang
pendek dan jelas.
§ Izinkan mobiltas,
duduk, atau berjalan, terutama setelah prosedur.
§ Tawarkan pilihan untuk
mengizinkan anak memiliki control dankemandrian
§ Izinkan anak
untuk menggunakan benda yang dikenalnya, seperti: selimut atau boneka, untuk
membuatnya merasa aman.
3.
Prasekolah
( usia 3 sampai 5 tahun )
§ Gunakan kata-kata yang
sederhana dan kalimat pendek karena anak
prasekolah memiliki rentang perhatian yang pendek.
§ Berbicaralah dalam suara
yang lembut, bernada rendah.
§ Pertahankan sejumlah kontak
mata jika dapat diterima oleh anak tersebut.
§ Berikanpilihan,
misalnya, “ kamu mau sereal atau orak-arik telur untuk sarapan?”
§ Izinkan anak menggambar
apa yang ada dipikirannya.
4.
Usia
sekolah ( usia 6 sampai 12 tahun )
§ Gunakan beberapa kosa
kata anak dalam penjelasan.
§ Buatlah gambar untuk mendemonstrsikan
anatomi danprosedur.
§ Libatkan anak dalam diskusi
mengenaiasuhannya.
§ Hargai privasi anak.
Mungkin terdapat topic yang tidak ingin ia diskusikan saatini.
§ Nilailah persepsi anak
mengenai situasi sebelum memulai penjelasan.
5.
Remaja
( usia 13 sampai 18 tahun )
§ Luangkan waktu untuk menciptakan
hubungan dengan mendengarkan dan tetap tidak menghakimi.
§ Yakinkan remaja akan kerahasian,
dalam batas tertentu.
§ Izinkan remaja untuk berpartisipasi
dalam keputusan mengenai asuhan, menggunakan istilah konkret dan abstrak ,
mendukung mereka untuk bertanggung jawabakan tubuhnya
§ Hargai privasi remaja
,izinkan privasi fisik dan kesopanan.
§ Pandanglah setiap remaja
sebagai individu yang unik tanpa memperhitungkan pakaian atau penampilannya.
6.
Dewasa
usia lanjut
§ Kenali bahwa mungkin terdapat
perbedaan anta rgenerasi antara pasien dan perawat ; hargai sudut pandang pasien
§ Dengarkan narasi riwayat
pasien, sesuai ketersediaan waktu. Hal ini akan mengambarkan pengalaman
,kepribadian, kekuatan, dan tantangan pasien tersebut.
§ Hindari nama yang
merendahkan seperti : “ nenek “ dan “sayang” .Selalu memulai secara formal (
Tn, Ny, atau Nn ) dan kemudian Tanya pasien dengan nama apa ia lebih suka dipanggil.
§ Luangkan waktu lebih untuk
mengajarkan mengenai pemeriksaan atau pembedahan dan pengobatan. Lakukan dengan
kecepatan yang lebih lambat dan nilai ulang pemahamannya secara berkala.
§ Berikan pasien kesempatan
untuk membuat keputusan secara mandiri, sesuai kebutuhan
2.6. Penerapan komunikasi terapeutik dalam
pelayanan kesehatan
Tujuan utama komunikasi antar tenaga kesehatan adalah menyempurnakan
perawatan pasien dengan pertukaran informasi yang akan meningkatkan koordinasi
dan berkesinambungan pelayanan kesehatan. Komunikasi yang efektif akan
memungkinkan personil saling melengkapi pelayanan dan menghindari duplikasi
kealpaan, adanya tumpang tindih pelayanan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Pada umumnya komunikasi antar personil kesehatan terbagi dalam 4 kategori:
a. Melaporkan/pendokumentasian
Menyusun penuturan
tentang sesuatu yang dilihat,didengar dan dilakukan/dipertimbangkan. Laporan
disampaikan kepada perawat yang memikul tanggung jawab kesinambungan perawatan
pasien, juga kepada dokter.
b. Mengarahkan
Membimbing/memerintah.
Perawat menggunakan perintah perawatan untuk mengarahkan kegiatan pelayanan
perawatan. Pengarahan tertulis lebih aman karena mengurangi kemungkinan
kesalahan dan salah pengertian.
c. Berembuk/kolaborasi
Konsultasi dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk bertukar pendapat/meminta informasi,nasihat/intruksi
dari orang lain. Perembukan juga dimanfaatkan untuk mengajar siswa dan praktik
keperawatan.
d. Rujukan
Mengirim/mengarahkan
seseorang mengambil tindakan/mencari bantuan rujukan dapat digunakan antar
lembaga kesehatan.
2.7. Identifikasi Trend Dan Issu Komunikasi Terapeutik Dalam
Pelayanan Kesehatan
Adalah kependekan dari attention deficit hyperactivity disoerder, (
Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan
disorder = gangguan ). Atau gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Secara umum menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom
kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsive yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.Bagaimana cara
berkomunikasi dengan anak ADHD?Hubungan efektif dan proaktif antara orang tua
dan sekolah adalah vital bagi keberhasilan menyeluruh dalam menghadapi siswa
ADHD. Umumnya, orang tua mencoba untuk bertindak demi kepentingan anak
sepanjang waktu. Tindakan mereka biasanya berdasarkan informasi yang dapat
mereka peroleh pada waktu itu. Jika ternyata ada kontra diksi antara apa yang
disebut nasihat professional dan atas apa yang orang tua lakukan, biasanya ada
alasan kuat untuk ini. Orang tua harus menemukan cara mereka sendiri dalam
menerima mereka dan menghadapi masalah lingkungan mereka sendiri.Merupakan hal
yang biasa, bahwa orang tua dari anak ADHD mengalami konflik antara yang satu
dan yang lainnya. Misalnya, si Bapak menyalahkan si ibu karena tidak mengawasi
si anak. Si ibu menjelaskan, bahwa segala yang di usahakannya tidak berhasil.
Sementara si bapak, meskipun ada potensi untuk membantu situasi tersebut, namun
dapat memberi reaksi dengan cara tidak membantu, seperti menghindari pulang ke
rumah sampai si anak tidur atau memihak si anak melawan ibunya.Beberapa cara
membantu orang tua adalah mencoba menempatkan mereka ke dalam cara pandang
depan yang meskipun menjengkelkan, namun tidak mengancam jiwa, serta mendorong
mereka agar proaktif dan tidak reaktif. Nasihat tau saran yang paling penting
adalah agar mereka memiliki kesabaran luar biasa. Kontak telepon, saling
berkirim sms, atau mengirim faks, rapat orang tua dengan guru secara periodic,
dan penyediaan buku penghubung sehari-hari,semuanya merupakan sarana untuk
membantu mencegah terjadinya kesalapahaman antara orang tua dan sekolah.
Komunikasi yang baik akan menjamin setiap manipulasi dari situasi anak khusus
dapat di hindari dengan kontak yang erat dan proaktif.Dua pertimbangan yang
harus di ingat setiap saat adalah:1) Anak
ADHD dapat merasakan banyak tekanan atas hubungan keluarga, khususnya anak yang
menralami Oppositional Depiant Disorder ( ODD
).2)
Dalam situasi yang selalu sulit, kemungkinan ADHD dan ODD, juga orangtua
yang tidak di akui harus dipertimbangkan.Ada banyakprogaram yang bagus di rancang
untuk membantu orang tua mengenali masalah antara yang satu dan yang lainnya.
Dalam hal ini, hubungan mereka dengan si anak dan anggota keluarga lainnya.
Teknik penanganan/pengurusan rumah dapat di ajarkan melalui permainan peran dan
sampai batas tertentu dengan terapi kelompok. Keberhasilan program-program ini
sebagian besar bergantung pada mutu konsultan dan keterbukaan semua pihak untuk
nasihat yang objektif.Mutu terbaik yang di miliki searang konsultan adalah
bersikap tidak membingungkan dan tidak rumit. Mereka perlu mengarahkan pada
satu atau dua masalah khusus dan mengembangkan strategi untuk membantu orang
tua menolong diri mereka sendiri di kemudian hari.Beberapa unsur penting
pelatihan orang tua adalah:1) Pendidikan
keluarga mengenai ADHD.2) Keterampilan
memecahkan
masalah.3) Memperbaiki
pengawasan orang
tua.4) Mengurangi
ketegangan5) Meningkatkan
pengaruh
medikasi.6) Keterampilan
berkomunikasi.7) Reframing atau
restrukturisasi8) Psikoterapi
individual.
Di Indonesia menurut data yang ada terdapat kecenderungan autisme ini
meningkat, merujuk pada prevalensi di dunia, saat ini terdapat 15-20 kasus per
10.000 anak atau 0,15%-0,20%. Jika kelahiran di Indonesia enam juta per tahun
maka jumlah penyandang autis di Indonesia bertambah 0,15% atau sekitar 6900
anak pertahun dengan perbandingan anak laki-laki tiga sampai empat lebih banyak
dari anak perempuan.Autisme tidak dapat disembuhkan (not curable) namun dapat
di terapi (treatable). Maksudnya adalah kelainan yang ada di dalam otak tidak
dapat diperbaiki, namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal
mungkin. Sehingga anak tersebut bisa berbaur dengan anak lain secara normal.
Secara umum anak-anak dengan gangguan perkembangan ini minimal memerlukan
terapi intesif awal selama 2 tahun. Dengan merujuk pada data maka akan ada 1000
anak setiap tahun yang tidak dapat mengikuti terapi tersebut.Tujuh puluh lima
persen anak autis yang tidak tertangani akhirnya menjadi tuna grahita.3 Salah
satu metode yang sering digunakan karena terbukti efektif adalah terapi metoda
Lovaas, yaitu terapi yang dikembangkan dari terapi applied behaviour
application (ABA). Di dalam terapi Lovaas salah satu pelatihannya adalah
pelatihan komunikasi melalui gambar-gambar, tujuannya selain untuk melatih daya
ingat juga untuk mengenal benda-benda sekitar. Ini dikarenakan anak autis secara
umum memiliki kemampuan yang menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah
untuk mengingat dan belajar, bila diperlihatkan gambar atau tulisan dari
benda-benda, kejadian, tingkah laku maupun konsep-konsep abstrak. Dengan
melihat gambar atau tulisan, anak autis akan membentuk gambaran mental atau
mental image yang jelas dan relatif permanen dalam benaknya.Bila materi
tersebut hanya diucapkan saja mereka akan mudah melupakannya karena daya ingat
mereka amat terbatas. Karena itu dalam melakukan terapi digunakan sebanyak
mungkin kartu-kartu bergambar dan alat bantu visual lain untuk membantu mereka
mengingat, hal ini juga berlaku untuk anak autis yang hanya mengalami gangguan
di bidang verbal.Untuk melatih penderita agar bisa berkomunikasi, kita harus
menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi mereka. Orang tua dan pendidik bisa
menggunakan ekspresi wajah, gerak isyarat, mengubah nada suara, menunjuk
gambar, menunjuk tulisan, menggunakan papan komunikasi dan menggunakan
simbol-simbol. Cara-cara tersebut tidak hanya digunakan secara tersendiri,
tetapi juga dapat digabungkan sehingga membentuk pesan yang lebih kuat.Masalah
yang timbul adalah di Indonesia belum ada alat yang secara terintegrasi dengan
unsur-unsur tersebut diatas. Yang ada adalah alat-alat yang harus didatangkan
dari luar negeri atau dibuat sendiri, ini jelas tidak praktis. Melihat dengan
meningkatnya jumlah penderita autis, maka dibutuhkan sebuah alat yang mampu
mengintegrasikan unsur-unsur visual dan audio yang dapat berinteraksi untuk
menunjang pelatihan komunikasi pada anak autis.Sebagai pemecahan teknologi
multimedia yang mengemas dan mampu mengintegrasikan unsur visual dan audio
secara interaktif untuk mendidik anak autis, karena CD-ROM yang merupakan
bagian dari teknologi itu mampu menampung data yang setara dengan 11.000
tumpukan kertas ukuran A4, bahkan lebih dengan menggunakan teknik kompresi
data. 4 Arh,“Meningkatkan komunikasi pada anak autis”, artikel pada harian
Kompas (21-04- 2002) 21/3.Selain itu dengan aplikasi multimedia interaktif ini
dimungkinkan pemilihan materi yang hendak dipelajari secara bebas, misalnya
pada hari ini pengenalan warna yang akan dipelajari, esok hari mungkin
pengenalan huruf, atau kombinasi keduanya dalam satu hari, tergantung dari
minat anak tersebut, dan ini semua dikemas dalam sebuah CD-ROM. Dengan
menggunakan printer, kartu bergambar obyek dapat dicetak sehingga dapat
digunakan tiap waktu, anak autis dalam metoda tatalaksana membutuhkan suasana
belajar yang kontinyu, sehingga ia menjadi terlatih.Tetapi dengan dengan begitu
banyak fitur aplikasi multimedia interaktif ini tidak ditujukan untuk menjadi
one stop solution, karena dalam pelatihan anak autis tetap diperlukan media
lain, aplikasi multimedia interaktif ini membatasi diri hanya untuk menjadi
pelengkap.Dalam aplikasi multimedia interaktif ini terdapat isi atau content
yang akan dikomunikasikan kepada anak autis berupa pembelajaran pengenalan
obyek sehari-hari. Dalam aplikasi multimedia interaktif wahana yang
menjembatani agar isi atau content ini dapat tersampaikan adalah graphical user
interface atau antar muka grafis.Graphical user interface (GUI) adalah sarana
untuk berinteraksi dengan isi atau content yang hendak disampaikan, bila desain
GUI tidak dapat dimengerti sudah dapat dipastikan aplikasi tersebut menjadi
mubazir karena isi atau content tidak dapat dimengerti oleh komunikan.Pada anak
autis, dengan mengikuti aturan yang telah menjadi standar di dunia maka GUI
akan dibuat sesederhana mungkin dengan tidak mengabaikan unsur komunikasinya
sehingga isi atau content dapat disampaikan dengan baik kepada penderita.
2.8. Bagaimana Memilih
Komunikasi Dalam Konteks Sosial Dan Keanekaragaman Budaya Serta Keyakiinan
2.8.1. Komunikasi Dalam Konteks Sosial
a.
Dalam konteks sebagai makhluk
sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain. Karena itu, dalam
menjalin hubungan dengan manusia lain memerlukan komunikasi.
b.
Komunikasi yang digunakan terdiri
dari berbagai macam bentuk. Ada yang melalui Audio, Visual, Audiovisual, dan
sebagainya.
c.
Perbedaan perlakuan antara kaya dan
miskin, atasan dan bawahan, ahli dan awam menjadi hambatan-hambatan komunikasi
dalam konteks social
d.
Sebagai seorang perawat yang
professional, perbedaan-perbedaan tersebut haruslah dihapuskan
e.
Seorang perawat professional harus
berlaku adil dalam memenuhi hak-hak klien dan pada setiap asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien, serta tidak perduli terhadap perbedaan posisi yang
ada.
f.
Seorang perawat professional harus
mengerti tentang komunikasi yang efektif, efisien dan tepat sasaran yaitu
terapeutik.
g.
Seorang perawat harus bisa menjalin
kerja sama tidak hanya kepada orang- orang dalam bidang kesehatan, tapi juga
kepada seluruh lingkungan tempat dia bekerja. Seperti pasien, keluarga pasien
dan lain-lain.
h.
Dengan begitu komunikasi yang
dilakukan akan bisa berjalan dengan lancar dan tepat sasaran.
2.8.2. Komunikasi Dalam Budaya
a.
Makna suatu pesan baik verbal maupun
nonverbal pada dasarnya terikat budaya.
b.
Jika dua orang melakukan komunikasi
berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua
pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua
pihak akan mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan.
c.
Bahasa, pembawaan, nilai, dan
gerakantubuh merefleksikan asal budaya.Dalam keperawatan, budayamempengaruhi
cara klien dan perawatmelakukan hubungan satu sama laindalam berbagai
situasi.Perawat belajar untuk mengetahui maknabudaya dalam proses
komunikasi.Pengaruh budaya menetapkan batasbagaimana seseorang bertindak
danberkomunikasi.
2.8.3. Komunikasi Dalam Keyakinaan
a.
Keyakinan agama dan Keyakinan
Spiritual adalah bagian integral dari keyakinaan budaya seseorang dan dapat
mempengaruhi keyakinan klien mengenai penyebab penyakit, praktek penyembuhan,
dan pilihan tabib atau pemberi perawatan kesehatan.
b.
Keyakinan spiritual dan agama dapat
menjadi sumber kekuatan dan kenyamanaan bagi klien.
c.
Perawat yang memiliki keyakinan yang
sama dengan kliennya cenderung lebih mudah
memahami dan mengambil tindakan untuk menangani kliennya. Perawat
professional harus bisa memahami, mengantisipasi dan mengambil tindakan yang
tepat terhadap klien yang berbeda keyakinan terhadap perawat tersebut.
Contoh :
klien yang menolak memakan daging
dikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki oleh agamanya. Perawat harus mengambil
tindakan yang tepat bagaimana cara membujuk pasien tersebut untuk memakan
daging tersebut. Misalnya memberikan penjelasaan kenapa pasien tersebut harus
makan daging.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar