GASTROENTERITIS
- Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan
seringkali disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut
adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali
perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Diare
yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang
melebihi 4 kali) dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau
lendir.
Gastroenteritis juga dikenal dengan gastro,
gastric flu, atau stomach flu, akan tetapi tidak ada hubungannya dengan
influenza. Keluhan yang biasa dilaporkan pada penderita gastroenteritis
bervariasi dari sakit ringan di perut selama satu atau dua hari sampai
menderita muntah dan diare selama beberapa hari atau lebih lama.
Gastroenteritis adalah infolamasi pada lapisan membran gastrointestinal
disebabkan oleh beberapa varian enteropatogen yang luas, yaitu bakteri, virus,
dan parasit. Manifestasi klinik tergantung pada respon penderita terhadap
infeksi yaitu infeksi asimptomatik, diare, diare dengan darah, diare kronik,
dan manifestasi ekstrainternal dari infeksi.
Anatomi fisiologi dari saluran gastrointestinal
berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus
terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan
posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.
Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.
Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
Traktus gastrointestinal jika terinfeksi akan
melakukan mekanisme pengeluaran cairan yang banyak ke dalam lumen dan gerakan
motilitas yang meningkat untuk membersihkan lumen usus dari patogen. Hal ini
menyebabkan terjadinya diare, karena banyak cairan ekstrasel yang keluar maka
pasien memerlukan terapi cairan dan elektrolit sebagai terapi suportif, juga
terapi antimikroba, dan terapi nonspesifik lain
- Etiologi Gastroenterisis
Penyebab gastroenteritis diantaranya yaitu:
1.
Makanan dan Minuman
· Kekurangan zat gizi; kelaparan
(perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian
diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan,
terutama makanan yang berlemak, terlalu manis, banyak serat atau dapat juga
karena kekurangan zat putih telur.
·
Tidak
tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat
menimbulkan alergi.
·
Keracunan makanan
2.
Infeksi
atau Investasi Parasit Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan:
·
Vibrio cholerae, E. coli,
Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas.
·
Enterovirus
(Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus.
·
Beberapa
cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti
Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas hominis.
Gastroenteritis yang disebabkan oleh
virus berlangsung selama satu sampai dua hari. Sementara itu, gastroenteritis
yang disebabkan oleh bakteri berlangsung dalam periode yang lebih lama.
3.
Jamur
(Candida albicans)
4.
Infeksi
diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah Encephalitis
(radang otak), OMA (Ortitis Media Akut radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang
pada leher tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).
5.
Perubahan
udara
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang
merasakan tidak enak dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa
lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis.
6.
Faktor Lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada
musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada
waktu kemarau dimana lalat tidak dapat
dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan
lebih mudah terjadi.
Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa
menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
Akibat Yang Dapat Terjadi:
Radang pada saluran cerna dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh,
diare dengan berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, baik ringan, sedang
atau berat. Selain itu diare juga menyebabkan berkurangnya cairan tubuh (Hipovolemik),
kadar Natrium menurun (Hiponatremia), dan kadar gula dalam tubuh turun (Hipoglikemik),
sebagai akibatnya tubuh akan bertambah lemas dan tidak bertenaga yang dilanjutkan dengan
penurunan kesadaran, bahkan dapat sampai kematian. Kondisi seperti ini akan semakin
cepat apabila diare disertai dengan muntah-muntah, yang artinya pengeluaran
cairan tidak disertai dengan masukkan
cairan sama sekali.
Pada keadaan tertentu, infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan
perdarahan. Kuman mengeluarkan racun
diaregenik yang menyebabkan hipersekresi
(peningkatan volume buangan) sehingga cairan menjadi encer, terkadang
mengandung darah dan lendir.
Faktor Infeksi Gastroenteritis
Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang
ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%)
sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus,
coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit itu adalah Aeromonas hidrophilia,
Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium
defficile, Clostridium perfringens,
E,
coli, Plesiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococcus
aureus, Vibrio cholerae, dan Versinia enterocolitica.
Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli, Capillaria philippinensis, cryptosporidium,
Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Isospora billi, Fasiolapsis
buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercoralis, dan Trichuris trichuria.
Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua
golongan besar, ialah bakteri non invasive dan bakteri invasive, yang termauk
dalam golongan bakteri non invasive adalah : Vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan
bakteri invasif adalah Salmonella spp,
Shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E.
coli hemorrhagic (EHEC) dan camphylobcter.
Diare karena bakteri invasive dan non invasif terjadi melalui suatu mekanisme
yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam sel-sel usus berikut
ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic guaniosin
monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
c.Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
c.Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
- Patologi
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis)
terutama dilakukan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau
makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan
yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi
orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (Clostridium difficille),
atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah
faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah
kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan
tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas
lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab
yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus
serta daya lekat kuman.
Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat
menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua
yaitu :
1) Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
2) Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. paratyphi B, S. typhimurium, S. enteriditis, S.choleraesuis, Shigela, yersinia, dan Perfringens tipe C.
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. paratyphi B, S. typhimurium, S. enteriditis, S.choleraesuis, Shigela, yersinia, dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E. histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas
kemungkinan dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial,
sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti
akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen
usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan
intoleransi yang akhirnya memperlama diare.
- Epidemiologi
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa
angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk
semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untukgolongan
umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%,
dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160
penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal
karena dehidrasi.
- Gejala
Pasien dengan diare akibat infeksi sering
mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare
terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan
pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis
metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi
cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur, pasien
gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan
kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga
timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul
penulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
- Diagnosa Klinik
Diagnostik klinik berdasarkan buku Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Klinik
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
Sampel :
Feses
Makroskopis :
Warna merah, hitam, sisa makanan
Mikroskopis :
Adanya eritrosit, leukosit, parasit
Pemeriksaan terhadap pencernaan
Biakan kuman dapat diikut sertakan uji kepekaan
terhadap ragam antibiotik.
Pemeriksan DNA cara PCR masih belum digunakan
secara luas
2.
Pemeriksaan
Darah
Perlu diperiksa adanya dehidrasi dan gangguan
elektrolit, apakah kadar NaCl dan K darah menurun.
Diagnostik Klinik
berdasarkan fkuii.org
1.
Pemeriksaan
Feses
Kultur feses tidak diperlukan (no-cost-effective)
kecuali jika ada kecurigaan penyebabnya adalah bakteri.
a. kultur feses rutin biasanya hanya
mengidentifikasi species Campylobacter,
Shigella, Salmonella, Aeromonas, dan Yersinia
bila terdapat darah atau leukosit dalam feses merupakan indikasi kuat diare
inflamasi. Fecal leukosit hadir pada 80 – 90% semua pasien dengan infeksi Shigella, Salmonella, C. jejuni, invasive
E.coli, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus, dan Aeromonas
atau P. shigelloides tapi jarang
ada pada Campylobacter dan Yersinia. Tapi pada umumnya E.coli dan E.histolytica punya minimal fecal leukosit (leukosit
dalam feses yang sedikit).
b. Test untuk patogen lain, seperti spesies
vibrio, enterohemorrhagic E.coli 0157:H7, dan bakteri memproduksi shigatoxin
lain membutuhkan media spesial misal agar MacConkey, agar sorbitol untuk E.coli 0157:H7.
2.
Tes
Laboratorium Rutin
a. Test dapat berguna sebagai indikator
beratnya penyakit, terutama pada asien yang bayi dan lanjut usia.
b. Hitung leukosit biasanya meningkat pada
infeksi Salmonella tapi normal atau
rendah dengan sedikit kenaikkan pada infeksi Shigella. Eosinophilia dapat hadir pada infeksi parasit.
3.
Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay (ELISA)
a. Immunofluorescent antibodi dan enzim
immunoassay terseidia untuk organisme Giardia
dan Cryptosporidium assay toxin C
difficile dapat dilakukan jika diare
yang disebabkan oleh antibiotik.
b. Rotavirus: Enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) tersedia dalam kurang dari 2 jam tapi tidak cukup sensitive pada
dewasa.
c. Giardia: dapat dilakukan ELISA dengan
sensitifitas 90%
- Terapi Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1) Pemberian cairan : jenis cairan, cara
memberikan dan jumlah cairan.
2) Dietetik.
3) Obat-obatan.
Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan
derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
Jenis Cairan
·
Cairan
peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
·
Cairan
parenteral :
Belum ada dehidrasi
o
Peroral
sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
Dehidrasi ringan
o
1
jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg
BB /hari.
Dehidrasi sedang
o
1 jam
pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125
ml/kg BB/hari
Dehidrasi berat
o
Untuk
anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. Yaitu 1 jam pertama : 40
ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)
atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Larutan infus terdiri dari dekstrosa dan
elektrolit seperti ion Na, ion K, ion Cl.
o
Untuk
anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
o
Untuk
bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit.
20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit.
20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1
tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan :
i.
Susu
(ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak
jenuh).
ii.
Makanan
setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
iii.
Susu
khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
1) Hari pertama : setelah dehidrasi segera
diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan
oralit selang-seling.
2) Hari kedua – keempat : ASI /susu formula
rendah laktosa penuh.
3) Hari kelima : bila tidak ada kelainan
pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
3.
Obat-obatan
i.
Obat anti sekresi : dosis 25 mg
/tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
ii.
Obat spasmolitik.
iii.
Antibiotik
- Pencegahan
1.
Menggunakan
air bersih dan sanitasi yang baik.
2.
Memasak
makanan dan air minum hingga matang.
3.
Mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
4.
Menghindari
makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat.
5.
Tidak
mengkonsumsi makanan yang basi.
6.
Menghindari
makanan yang dapat menimbulkan diare.
7.
Makan
dan minum secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih, E.N dan A. S. Kosasih. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Klinik. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Harnawatiaj.Gastroenteritis.http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/gastroenteritis/. Diakses pada 1 May 2009, pukul 22.00
WIB.
M, Leane S. Gastrointestinal. http://72.14.235.132/search?q=cache:TWVw27KVLL4J:www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%2520GASTROENTERITIS%2520Oleh%2520Leane%2520S%2520M.pdf+gastroenteritis&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a,
diakses pada 1 May 2009, pukul 22.05 WIB
Anonim. Gastroenteritis. http://fkuii.org/tiki-read_article.php?articleld=17. diakses pada 1 May 2009, pukul 22.10 WIB
MedicinesComplete
Browser version 2.0.2270.31370 Copyright © 2005 The Pharmaceutical Press
Software
Martindale, Dave,
Et al.200.Brithis Pharmacopeia 2007.Copyright© System Simulation
Ltd. 1994 – 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar